Jumat, 18 Maret 2011

Tugas ASPK (Analisis Sistem dan Pengambilan Keputusan) Komoditi TEH

Tugas Analisis Sistem dan Pengambilan Keputusan
Nama  : Misep Astari
NRP    : F34080096

TEH
*   Profil Komoditi
Tanaman teh merupakan tanaman sub tropik yang bergenus Camellia dari family Theceae. Secara umum tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan cukup sulit menembus lapisan tanah. Perakaran berkembang pada lapisan tanah atas dengan kedalaman 0 cm sampai 25 cm, yang merupakan tempat utama berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam tanah. (Anonim 1, 2011)
Tanaman teh (camellia sinensis) diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tinggi. Di perkebunan-perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan pemengkaan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas dau teh yang cukup banyak.
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik, memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian 200-2.000 m di atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman tidak tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm yang merata sepanjang tahun. (Adisewojo, 1982)
Klasifikasi botani tanaman teh adalah sebagai berikut:
Divisi               : Spermatopyta
Sub                  : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Keluarga          : Transtroemiaceae
Genus              : Camellia
Spesies            : Camellia sinensis L.
Tanaman teh membutuhkan iklim yang lembab, dan tumbuh baik  pada temperatur yang berkisar antara 10-30o C pada daerah dengan curah hujan 2.000 mm per tahun dengan ketinggian 600-2000 m dpl. Tanaman teh di perkebunan ditanam secara berbaris dengan jarak tanam satu meter. Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh kecil setinggi 50–100 cm  dengan batang tegak dan bercabang-cabang . Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus selama 50-70  tahun, namun setelah 50 tahun hasil produksinya akan menurun. Oleh  karena itu, perlu dilakukan penggantian tanaman tua agar produktivitas  tanaman teh tetap bagus. Pohon yang tua diganti dengan bibit yang masih  muda yang telah ditumbuhkan di perkebunan khusus untuk pembiakan  tanaman muda.
Hasil olahan teh yang berbentuk minuman teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh , pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh hijau, teh oolong, dan teh putih.
Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh roseship,camomile, krisan dan jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal. Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin, dan anti oksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh.
Hasil teh (olahan teh) diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik sekali dengan selang 7 sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman di masing-masing daerah. Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga sangat menentukan mutu teh yang dihasilkannya. Dibedakan cara pemetikan halus (fine plucking) dan cara pewmetikan kasar (coarse plucking). Pemetikan daun hingga kini masih dilakukan oleh tenaga manusia, bahkan sebagian besar oleh tenaga-tenaga wanita. Untuk menghasilkan teh mutu baik perlu dilakukan pemetikan halus, yaitu: hanya memetik daun pucuk dan dua daun di bawahnya. Ada pula yang melakukan pemetikan medium, dengan juga memetik bagian halus dari daun ketiga di bawah daun pucuk. Pemetikan kasar sering pula dilakukan bebewrapa perkebunan (rakyat), yaitu: pemetikan daun pucuk dengan tiga atau lebih banyak daun di bawahnya, termasuk batangnya. (Arifin, 1992)
Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.
Pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsino.
Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit.
Sebagai komiditi pertanian karakteristik teh adalah sebagai berikut :
ü Teh adalah tanaman yang sensitif (mudah rusak) karena iklim/cuaca, karena itu membutuhkan ketekunan yang tinggi bagi pengusaha yang ingin terjun di bisnis ini.
ü Masa panen teh dilakukan sepanjang tahun setelah tanaman masuk kategori tanaman menghasilkan (biasanya 2-3 tahun setelah penanaman). Pada musim hujan (peak season) produksi pucuk biasanya lebih banyak dari kondisi pada musim kemarau (low season).
ü Perkebunan teh di dataran tinggi menghasilkan teh dengan mutu yang lebih baik dari teh yang ditanam di dataran rendah. Contohnya teh dari dataran tinggi Jawa Barat memiliki ciri kenampakan dalamnya (penilaian air seduh) yang berwarna jernih/lebih terang.
ü Masih rendahnya teknologi pengolahan teh di banyak industri teh, menyebabkan mutu teh Indonesia rata-rata mutunya rendah, lebih-lebih yang dihasilkan oleh pengolahan teh rakyat. Hal ini juga yang menjadi salah satu faktor mengapa harga teh Indonesia rata-rata lebih rendah dari harga teh yang dihasilkan oleh Sri Lanka misalnya.
ü Sebagai komoditi ekspor, fluktuasi harga di luar negeri, memberikan dampak terhadap produksi didalam negeri. Pada saat harga teh turun, mungkin karena kelebihan suplai dipasar, petani teh perkebunan rakyat biasanya kurang antusias untuk merawat tehnya dengan baik, sehingga produksi turun.
ü Walaupun proporsi areal luas kebun teh rakyat lebih besar dari perkebunan besar, tetapi produksi tehnya lebih rendah dibanding perkebunan besar, karena rata-rata produktifitas per hektar jauh lebih kecil (0,5 tons/ha) dibanding perkebunan besar negara yang mencapai 1,78 tons/ha.

Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
ü Teh Putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.

ü Teh Hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).

ü Oolong
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3 hari.

ü  Teh Hitam atau Teh Merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang adalah "teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh crush, trea, curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi sesuai standar orange peko.

ü  Pu-erh (Póu léi dalam bahasa Kantonis)
Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh pu-erh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga "matang". Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh "matang" dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh "matang" dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.

ü       Teh Kuning
Sebutan untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih lambat.

ü        Kukicha
Teh kualitas rendah dari campuran tangkai daun dan daun teh yang sudah tua hasil pemetikan kedua, dan digongseng di atas wajan.

ü Genmaicha
Teh hijau bercampur berondong dari beras yang belum disosoh, beraroma harum dan sangat populer di Jepang.

ü  Teh bunga
Teh hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga. Teh bunga yang paling populer adalah teh melati (H­eung Pín dalam bahasa Kantonis, Hua Chá dalam bahasa Tionghoa) yang merupakan campuran teh hijau atau teh oolong yang dicampur bunga melati. Bunga-bunga lain yang sering dijadikan campuran teh adalah mawar, seroja, leci dan seruni.

*   Kandungan dan Manfaat Daun Teh
Manfaat teh antara lain adalah sebagai antioksidan, memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah, melancarkan sirkulasi darah. Maka, tidak heran bila minuman ini disebut-sebut sebagai minuman kaya manfaat. Selain sebagai minuman ringan, teh juga dapat digunakan sebagai terapi untuk kesehatan
Secara umum Kandungan Teh adalah sebagai berikut :
1. Flouride
2. Asam amino L-theanine (memperkuat imune tubuh)
3. Antik oksidan (Polifenol – 10 kali lipat dibanding sayuran, flavonoid)
4. Quercetin, kaempfrol, dan myricetin (mencegah pengapuran pembuluh darah)
5. Cafein 40 mg percangkir
Teh mengandung komponen volatile sebanyak 404 macam dalam teh hitam dan sekitar 230 macam dalam teh hijau. Komponen volatile tersebut berperan dalam memberikan cita rasa yang khas pada teh.
Jika kita meminum secangkir teh, maka kita setidaknya tahu apa saja zat terbaik yang ada di dalam secangkir teh yang kita minum. Berikut ini beberapa zat utama yang bermanfaat yang terdapat di dalam secangkir teh.
ü Polifenol
Polifenol pada teh berupa katekin dan flavanol. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh juga ampuh mencegah berkembangnya sel kanker dalam tubuh. Radikal bebas ada di tubuh kita karena lingkungan udara yang tercemar polusi dan juga dari makanan yang kita makan.
ü Vitamin E
Dalam satu cangkir teh mengandung vitamin E sebanyak sekitar 100-200 IU yang merupakan kebutuhan satu hari bagi tubuh manusia. Jumlah ini berfungsi menjaga kesehatan jantung dan membuat kulit menjadi halus.
ü Vitamin C
Vitamin ini berfungsi sebagai imunitas atau daya tahan bagi tubuh manusia. Selain itu vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan yang diperlukan untuk ketahanan tubuh manusia terhadap penyakit.
ü Vitamin A
Vitamin A yang ada pada teh berbentuk betakaroten merupakan vitamin yang diperlukan tubuh dapat tercukupi.
Selain manfaat teh, ada juga zat yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh. Zat itu adalah kafein. Kafein pada teh (tehine) dapat menyebabkan proses penyerapan makanan menjadi terhambat. Batas aman untuk mengkonsumsi kafein dalam sehari adalah 750 mg/hari atau setara dengan 5 cangkir teh berukuran 200 ml. (Hartoyo, 2003)

*   Pohon Industri Teh
        


Dari pohon industri di atas dapat dilihat bahwa tanaman teh dapat diolah menjadi berbagai produk turunan yaitu teh hijau, teh hitam, teh oolong, dan ekstrak teh. Teh hijau juga masih dapat diprouksi menjadi produk turunan lain seperti teh hijau daun, teh bubuk, teh hitam daun, dan teh hitam bubuk. Keseluruhan dari produk turunan ini dapat diproduksi lebih lanjut menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis tinggi serta memberikan banyak manfaat. Produk teh yang paling terkenal yaitu teh dalam kemasan baik sacshet maupun botol.

*   Penyebaran Komoditi Teh di Indonesia
Propinsi
Sektor
Komoditi
Skala Prioritas
Sangat
Potensial
Potensial
Kurang
Potensial
SUMATERA BARAT
Pertanian
Teh
http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif

http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
LAMPUNG
Pertanian
Teh


http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
LAMPUNG
Industri Pengolahan
Industri Pengolahan Teh

http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif

JAWA BARAT
Pertanian
Teh
http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
JAWA TENGAH
Pertanian
Teh
http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
JAWA TENGAH
Industri Pengolahan
Industri Pengolahan Teh

http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
JAWA TIMUR
Pertanian
Teh

http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif
BANTEN
Pertanian
Teh

http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif

PAPUA
Pertanian
Teh

http://www.bi.go.id/sipuk/images/preview.gif

Perkebunan teh terpusat di dataran menengah dan tinggi di Pulau Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan. Pada tahun 1990 luas perkebunan teh di Indonesia 129.500 ha. Produksi teh pada tahun 1998 mencapai 136.109 ton. Semakin tahun produksi teh Indonesia makin meningkat sehingga pada tahun 2009 Indonesia sudah ditargetkan masuk CAFTA. (Anonim 3, 201)

*   Randemen Tanaman Teh
Pada umunya, rendemen teh sebesar 23% yang berarti dari 1 kg pucuk teh maka akan diperoleh 0,23 kg teh hijau. Namun masih bisa terjadi berbagai perubahan sesuai dengan mutu daun yang dipetik. Dari rendemen tersebut terdapat komponen aktif yang terkandung dalam teh, baik yang volatile maupun yang nonvolatile antara lain sebagai berikut : polyphenols (10_25%), methylxanthines, asam amino, peptida, komponen organik lain, tannic acids (9_20%), vitamin C (150_250 mg%), vitamin E (25_70 mg%), vitamin K (300_500 IU/g), ß-carotene (13_20%), kalium (1795 mg%), magnesium (192 mg%), mangan (300_600 ug/ml), fluor (0,1_4,2 mg/L), zinc (5,4 mg%), selenium (1,0_1,8 ppm%), copper (0,01 mg%), iron (33 mg%), calcium (7 mg%), caffein (45_50 mg%). Komponen-komponen tersebut memberikan banyak manfaat dan khasiat bagi tubuh apabila dimanfaatkan dengan maksimal. (Hartoyo, 2003)

*   Faktor Kritis pada Komoditi Teh
Tanaman teh memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya baik untuk mutu produk maupun pertumbuhan tanamannya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh antara lain sebagai berikut :
ü Cocok tumbuh di daerah pegunungan yang sejuk dengan ketinggian 200 – 2000 meter di atas permukaan air laut, semakin tinggi daerah penanaman teh, kualitasnya semakin baik.
ü Tanah subur dan banyak curah hujan
ü Penyinaran matahari cukup

Sementara faktor yang mempengaruhi mutu produk yang paling utama yaitu teknik pemetikan daun teh. Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi perdagangan. Pemetikan berfungsi sebagai usaha pembentukan kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan.
Pemetikan berkaitan erat dengan tunas. Kecepatan pertumbuhan tunas dipengaruhi daun-daun yang tertinggal pada perdu yang bisa disebut dengan daun pemeliharaan. Tebal lapisan pemeliharaan optimal adalah 15 cm sampai 20 cm. Jika lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran tersebut akan menyebabkan pertumbuhan tunas terlambat.
Jenis petikan dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1.      Petikan halus, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m), biasa ditulis dengan rumus p+1 atau p+1m.
2.      Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan daun tiga, tiga daun muda serta pucuk burung dengan dua atau tiga daun, ditulis dengan rumus p+1, p+3m, b+2m, b+3m.
3.      Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis dengan rumus p+4 atau lebih.
Adanya sistem petikan yang dilaksanakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan kuantitas dan kualitas hasil panen tanaman teh. Petikan yang menghasilkan mutu teh paling bagus adalah petikan halus. Hal ini disebabkan karena pada petikan halus, daun yang dipetik adalah pucuk teh yang mengandung banyak senyawa utama dari teh. Selain itu, pucuk teh tersebut masih sangat bagus dan berkualitas karena baru tumbuh.

*   Proses Pengolahan Teh
Pengolahan teh adalah metode yang diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan, termasuk di antaranya pengeringan hingga penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan oleh pengolahan yang dilalui. Di dalam bentuknya yang paling umum, pengolahan teh melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan teh dan pengeringan. Dari tahapan ini, derajat oksidasi memainkan peran penting untuk menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun memengaruhi citarasa juga turut berperan meski cukup kecil. (Nazaruddin, 1993)
Meskipun tiap-tiap jenis teh memiliki rasa, aroma, dan wujud yang berbeda-beda, pengolahan teh untuk semua jenis teh memiliki sekumpulan metode yang serupa dengan sedikit variasi:
1.    Pemetikan: Daun teh, yakni satu kuntum dan dua pucuk, dipetik dari semak Camellia sinensis dua kali setahun pada permulaan musim semi dan musim panas atau penghujung musim semi. Pemetikan pada musim gugur atau musim dingin jarang dilakukan, meskipun bisa saja ketika musim memungkinkan. Pemetikan dilakukan dengan tangan ketika kualitas teh menjadi prioritas, atau ketika biaya tenaga pekerja bukan persoalan. Pemetikan dengan tangan dilakukan dengan cara menggenggam sejajar dengan hentakan pergelangan tangan dan tanpa pemilinan atau penjepitan, karena jika yang terakhir dilakukan akan menurunkan mutu daun. Pemetikan juga dapat dilakukan dengan mesin, meski akan lebih banyak daun yang rusak dan sebagian terbuang. Adalah juga sulit panen teh dengan mesin di lereng gunung di mana teh sering ditanam.
2.   Pelayuan: Dilakukan untuk menghilangkan terbuangnya air dari daun dan memungkinkan oksidasi sesedikit mungkin. Daun teh dapat dijemur atau ditiriskan di ruangan berangin lembut untuk mengurangi kelembaban. Daun kadang-kadang kehilangan lebih dari seperempat massanya akibat pelayuan.
3.   Pememaran: Untuk mengajukan dan mempercepat oksidasi, daun boleh dimemarkan dengan memberinya sedikit tumbukan pada keranjang atau dengan digelindingkan dengan roda berat. Ini juga menghasilkan sedikit jus, yang membantu oksidasi da memperbaiki citarasa teh.
4.    Oksidasi: Untuk teh yang memerlukan oksidasi, daun dibiarkan semula di ruangan tertutup di mana segera mereka menjadi lebih gelap. DI dalam tahap ini klorofil pada daun dipecah secara enzimatik, dan tanninnya dikeluarkan dan dialihbentukkan. Di industri teh, proses ini disebut fermentasi, meski sebenarnya tidak terjadi fermentasi karena proses oksidatif ini tidak membangkitkan energi (langkah ini tidak juga dipicu oleh mikroorganisme; di dalam langkah pengolahan teh lainnya--misalnya penyimpanan--mikroorganisme dapat digunakan untuk fermentasi). Penghasil teh dapat memilih ketika oksidasi harus dihentikan. Untuk teh oolong oksidasi harus terjadi 5-40%, pada teh oolong yang lebih cerah 60-70%, dan pada teh hitam 100%.
5.    Penghilangan-warna-hijau: Istilah lainnya shāqīng (殺青) dilakukan untuk menghentikan oksidasi daun teh pada jenjang yang diharapkan. Tahapan ini dipunahkan dengan pemanasan sedang,enzim oksidatif dihambat, tanpa merusak rasa teh. Tradisionalnya, daun teh digongseng atau dikukus, tetapi seiring majunya teknologi, tahapan ini dilakukan dengan pemanggangan di dalam drum yang diputar. Untuk teh hitam, tahap ini dilakukan bersama pengeringan.
6.    Penguningan: Khusus untuk teh kuning, dilanjutkan dengan pemanasan ringan di dalam kontainer mini, warna teh berubah menguning.
7.    Pembentukan: Tahap berikutnya adalah penggulungan untuk mendapatkan bentuk lajur yang ergonomik. Biasanya dilakukan dengan menempatkannya di dalam tas pakaian yang besar, yang kemudian ditekan-tekan oleh tangan atau mesin untuk membentuk lajur. Tindakan penggulungan ini juga menyebabkan beberapa pati dan jus dari dalam daun keluar, ini akan memperkaya rasa teh. Lajur teh dapat dibentuk menjadi bentuk lain, misalnya membentuk pola keriting, membentuk pelet, atau digulung serupa bola dan bentuk lain yang diharapkan.
8.    Pengeringan: Pengeringan dilakukan sebagai "tahap akhir" menjelang penjualan. Ini dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya dengan menggongseng, menjemur, menghembuskan udara panas, atau memanggangnya. Namun, pemanggangan adalah yang paling lazim. Pemeliharaan yang saksama mestilah dilakukan supaya pucuk daun teh tidak terlampau kering, atau bahkan hangus.
9.    Pemeliharaan: Meski tidak selalu dilakukan, beberapa teh memerlukan penyimpanan ekstra, fermentasi tahap kedua, atau pemanggangan untuk mencapai potensial minumannya. Juga, teh yang diberi perisa dipabrikasi dengan menyemprotkan aroma dan rasa atau dengan menyimpannya di lingkungan perisa (Arifin, 1994)

*   Produksi Teh Indonesia
Informasi yang diperoleh dari ANTARA News memaparkan bahwa produksi teh Indonesia siap menghadapi Perjanjian Perdagangan Bebas China-ASEAN (CAFTA) karena mempunyai keunggulan dibanding produk China. Tingkat produksi teh Indonesia tahun 2009 mencapai 120.000 ton per tahun atau memenuhi sekitar 5,8 persen kebutuhan dunia dengan luas kebun 148.000 hektar. Dari data ATI (Asosiasi Teh Indonesia), teh menyumbangkan devisa 110 juta dollar per tahun.
Konsumesi teh dunia pada tahun 2007 sebesar 3,4 juta ton yang terdiri dari teh hitam, teh hijau dan teh Polong (teh semi fermentasi). Dari jumlah sebesar itu, 69 persen adalah teh hitam. Indonesia sendiri termasuk pengekspor teh hitam terbesar. Ini menandakan di luar kawasan perdagangan yang sudah terikat dalam kawasan China-Asean, Indonesia adalah pemain yang diperhitungkan. Indonesia sendiri menduduki peringkat 6 besar dunia produsen teh setelah Vietnam, India, China, Sri Lanka dan Kenya.
Upaya revitalisasi perkebunan harus dilakukan menggenjot hasil produksi yang selama ini terkendala lahan yang terbatas dan 50 persen lahan perkebunan adalah lahan perkebunan rakyat. Selain itu kepedulian pemerintah dalam penyediaan pupuk harus tetap dilakukan mengingat kualitas teh juga bergantung pada pupuk. Jika semua komponen dapat bekerja lebih keras, tak mustahil dalam waktu relatif singkat, Indonesia akan menduduki posisi 3 produsen teh dunia mengungguli Vietnam. Negara sungai Mekong tersebut tahun 2006 mengungguli Indonesia dalam hal produktivitas teh.
Bahkan teh tidak hanya sebagai minuman, namun belakangan ini teh juga dimanfaatkan untuk herbal dan kecantikan. Dijelaskannya, saat ini tingkat konsumsi teh perkapita masyarakat Indonesia berkisar 350 gram/tahun. Artinya, kurang dari 1 gr/hari setiap orangnya. Jumlah itu sendiri masih jauh di bawah Irlandia dan Inggris yang konsumsi perkapitanya diatas 3.500 gram/tahun. Perbandingan diatas, kata Andrew Supit, memperlihatkan jika produksi teh dalam negeri seharusnya 120.000 ton dan tingkat konsumsi perkapita yang diharapkan adalah 500 gr/tahun (dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia 200 juta jiwa) maka ada kelebihan stok sebesar 20.000 ton. Sisa tersebut dapat di ekspor. Lalu jika produksi teh Indonesia sebagian besar habis konsumsi dalam negeri dan tersisa kurang dari 50% maka akan timbul kelangkaan di stok teh dunia. Dampak yang terjadi adalah kelangkaan suplai dunia hingga mengakibatkan harga melambung tinggi karena kekurangan suplai dimana kondisi ini justru merupakan keuntungan yang bisa di nikmati petani teh dan pelaku industri teh Indonesia. (Anonim 2, 2011)


DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]1. 2011. Tanaman Teh. www.wikipedia.com [14 Maret 2011]
[Anonim]2. 2011. Produksi Teh Indonesia. www. ANTARA news.com [18 Maret 2011]
[Anonim]3. 2011. Perkebunan Teh Indonesia.www.sipuk bi.co.id [18 Maret 2011]
Adisewojo, S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung
Arifin, S. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung.
Arifin, S. 1994.  Petunjuk Teknis Pengolahan Teh.  Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung
Hartoyo, Arif. 2003.  Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan : Sebagai Tinjauan Ilmiah. Kanisius. Yogyakarta.
Nazaruddin, Fary B, Paimin. 1993.  Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya. Jakarta



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger